Bangkit dari Kegagalan dalam Tes CPNS: Kisah Inspiratif yang Menggetarkan

Image
       Ketika membicarakan ujian CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Indonesia, kita tak bisa menghindari kesan tegang dan kompetitif yang melekat padanya. Tes CPNS telah menjadi tolak ukur bagi ribuan calon pegawai negeri untuk meraih impian mereka dalam berkarier di sektor publik. Namun, di balik gemerlapnya persiapan dan harapan, terdapat kisah-kisah tak terhitung tentang kegagalan yang mengecewakan.      Bagi sebagian orang, kegagalan dalam tes CPNS bisa menjadi pukulan telak yang membuat mereka merasa hancur dan putus asa. Namun, bagi yang lain, kegagalan itu adalah titik awal dari perjalanan menuju kesuksesan yang sejati. Mereka bukanlah orang-orang yang menyerah begitu saja, melainkan mereka yang bangkit dengan semangat yang lebih besar.      Salah satu kisah inspiratif yang menggetarkan adalah tentang seorang pemuda bernama Rizki. Rizki, seorang lulusan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, telah mengejar impian menjadi seorang pegawai negeri sejak lama. Namun, ketika hasil

Cerpen Rumah Sejuk Yusuf

Rumah Sejuk Yusuf


     Ndaru berjalan melewati pinggiran sungai. Ia mau ke rumah Yusuf, anak baru di kelasnya. Ndaru duduk sebangku dengan Yusuf sejak dua bulan lalu. Yusuf baik dan rendah hati, ia murid pindahan dari Kota Batu. Ayahnya ditugaskan bekerja di Surabaya, jadi seluruh keluarganya pindah ke sini. 

     Pantulan sinar matahari di sungai membuat mata Ndaru silau. Ia lalu memperhatikan Yusuf yang berjalan di depannya dengan santai. 

     "Sebentar lagi sampai kok, Ru, rumahku ada di belokan depan."

     "Iya."

     Setelah berbelok, Ndaru melihat rumah panggung yang berdiri di sebelah tanah kosong dan sungai kecil. Rumah itu terbuat dari papan kayu. Besarnya sama dengan setengah ruang kelas. Pagarnya dari kayu dan berwarna putih. Banyak tanaman di sekeliling rumah itu. Juga ada pohon besar di samping rumah, tepat di samping sungai. 

     "Kita sudah sampai Ru, selamat datang di rumahku." Ujar Yusuf tersenyum riang. 

     "Wahhh... kamu tinggal di sini Suf?" Kata Ndaru sambil memandang takjub. Dia merasa nyaman dengan rumah Yusuf. 

     "Rumahmu sejuk sekali... "

     "Masuk yuk... "

     Lantainya juga terbuat dari papan kayu, suara derak kayu sesekali terdengar. Ndaru melihat ke luar jendela, di tepi sungai di bawah pohon ada tempat duduk dari kayu. 

    "Kamu mau duduk-duduk di luar Ru?"

     "Boleh?"

     Yusuf mengangguk. Ndaru lalu duduk di luar, tak lama Yusuf keluar membawa segelas es jeruk nipis dan Onde-onde. 

     "Banyak sekali tanaman di rumahmu Suf, yang menanam siapa?"

     "Yang menanam Umi dan Abi. Aku ikut-ikutan belajar menanam dan merawat saja, jeruk nipis yang kita minum ini juga dari kebun rumah."

     "Wuaaahhh...kalau yang itu pohon apa? Juwet atau anggur?"

     Ndaru menunjuk pohon yang berbuah putih kecil-kecil. 

     "Iya Juwet, Juwet Putih."

     "Wuaaahhh...aku baru lihat ada juwet putih. Biasanya kan juwet warnanya hitam keunguan."

     "Iya, sudah ada sejak aku pindah ke sini. Kalau kamu mau coba menanam, ambil saja buahnya lalu tanam di tanah yang sudah dikasih pupuk. InsyaAllah bisa tumbuh, hehehe... "

     "Bisa?"

     "Tuh, yang ada di pot warna putih itu hasil percobaan aku menanam. Bisa tumbuh kan?"

     "Wah iya!! Aku mau coba deh. Terus kamu sudah menanam apalagi?"

     "Aku coba menanam cabai, jeruk nipis, mangga, belimbing wuluh sama jambu biji. Sekarang tunas mereka sudah kelihatan. Nah, yang di pot sebelah sana tuh..." Tunjuk Yusuf ke deretan pot-pot berukuran sedang yang ditata rapi. 

     "Semua yang merawat kamu Suf?"

     "Ya aku cuma membantu menyiram dan menggemburkan tanah saja. Sesekali memeriksa apa ada jama atau tidak."

     "Ajari aku dong Suf. Aku juga mau rumahku sehijau rumah kamu. Rasanya sejuk sekali kalau banyak tanaman seperti ini."

     "Boleh... Aku masih punya pot kosong. Yuk kalau mau coba menanam. "

      "Ayo!!!" Sahut Ndaru penuh semangat. Gara-gara melihat rumah Yusuf yang sejuk, padahal udaranya sepanas ini, Ndaru juga ingin rumahnya lebih banyak tanaman. Biar dia betah di rumah. Bagaimana denganmu? 

Cerita ini dikutip dari : Majalah Sahabat Anas edisi 29

Comments

Popular posts from this blog

Judul: Langkah-Langkah Kita

Cerpen Malas Belajar

Kerajinan Tangan Bahan Alami dan Buatan Kelas 2 Tema 5