Bangkit dari Kegagalan dalam Tes CPNS: Kisah Inspiratif yang Menggetarkan

Besok ada tes matematika, Afif bingung sekali. Ia sama sekali tidak ingat materi yang akan digunakan untuk tes. Afif benar-benar malas. Ia tidak pernah mengerjakan PR sendiri, apalagi belajar. Tak heran sekarang ia bingung sendiri karena tak ada satu materipun yang diingat.
Sekarang Afif duduk melamun di depan meja belajarnya. Ia baru saja dinasehati Bunda. Bunda melihat buku penghubung dari wali kelas Afif. Di sana tertulis jika hari Selasa besok ada tes matematika. Afif perlu diperhatikan dalam belajarnya, agar nilainya tidak jelek lagi.
Wahh karena itu, Bunda langsung menasehati Afif dan menyuruhnya belajar dengan giat.
"Kalau nilai Afif jelek lagi, Bunda akan panggilkan guru les untuk Afif," begitu kata Bunda.
Aduh, itu artinya jam belajar Afif bertambah dong. Ia tidak mau. Tuh kan, Ia malas sekali. Padahal itu untuk kebaikannya sendiri.
Afif melihat buku matematika di hadapannya. Ugghhh...matanya langsung berkunang-kunang melihat rumus-rumus.
"Apa tidak ada cara untuk pintar matematika tanpa harus belajar ya?"
Afif lalu keluar menuju kamar Kak Halimah, kakaknya yang sudah kelas 2 SMA.
"Kak, ada tidak caranya biar bisa pintar matematika tanpa harus belajar?"
Kak Halimah mengambil buku matematika yang dipegang Afif.
"Ada-ada saja kamu dek, kalau mau pintar, ya harus rajin belajar apalagi matematika. Kita harus berlatih soal-soal."
"Yaaahhh, Afif lihat satu halaman saja sudah pusing kak, apalagi latihan soal. Yaudah deh, Afif tanya Kak Yudha aja."
Afif lalu ke kamar Kak Yudha, di dalam Kak Yudha sedang mengulang hafalan Al-Qur'annya.Kak Yudha masih kelas 2 SMP, tapi ia sudah hafal 13 juz.
"Kak, Afif mau tes matematika nih. Tapi Afif nggak mau belajar. Ada nggak sih caranya biar Afif tetap dapat nilai bagus?"
"Wah, gampang sekali Fif. Ltihan soal, kalau ada yang tidak dimengerti lalu tanya kek Kakak atau ke Kak Halimah."
"Hmmm...sama saja harus belajar dong. Kalau begitu Afif kembali ke kamar saja. "
"Lho...," Kak Yudha geleng-geleng kepala melihat sikap adiknya. Afif duduk lagi di kursi meja belajarnya.
"Hufttt....gimana nih, masa harus belajar sih?" begitu pikirnya. Tak lama lalu Afif tertidur. Ia bermimpi sedang tes matematika. Ia lancar sekali mengerjakannya.
"Pasti ini karena aku meletakkan buku matematika di bawah bantalku tadi malam," begitu katanya dalam mimpi.
Ia mendapat nilai 100. Nilai tertinggi di kelasnya. Teman dan guru pun kagum kepadanya. Afif lalu terbangun.
"Loh, ternyata hanya mimpi. Apa nanti malam aku taruh saja buku matematika ini di bawah bantal ya? Agar besok, aku bisa mengerjakan tes tanpa belajar. Hehe...aku memang hebat." Ujarnya tersenyum-senyum sendiri.
Akhirnya Afif benar-benar tidak belajar. Ketika ditanya oleh Bunda, ia pun berbohong dengan mengatakan sudah belajar. Malamnya ia meletakkan buku matematika di bawah bantal, lalu tertidur. Keesokan harinya, perut Afif terasa mulas saat melihat lembaran nilai hasil tes matematikanya. Nilainya hanya 20.
Tadi, dia memang sama sekali tidak bisa menjawab dengan benar soal-soal yang ada. Gara-gara tak ada satupun materi atau rumus yang berhasil ia ingat. Ternyata jurus meletakkan buku di bawah bantal itu cuma berhasil di dalam mimpi. Sekarang, Afif menyesal karena tidak mau belajar.
Yap, akhirnya Afif harus bersiap-siap menerima nasehat Bunda dan disuruh lebih rajin belajar. Bahkan Bunda akan menyuruhnya ikut les.
Huaaaa....Afif kapok. Ia tidak akan bermalas-malasan lagi. Apalagi mencari cara yang aneh-aneh agar pintar. Pokoknya tidak lagi deh...
Cerita ini dikutip dari : Majalah Sahabat Anas
Comments
Post a Comment