Cerpen Berani Jujur Hebat
- Get link
- Other Apps
Berani Jujur, Hebat
Ali sangat gelisah siang itu. Matanya bolak-balik menatap jam dinding, lalu berganti menatap ke arah teras rumah. "Aduh, Bunda pulang jam berapa ya? Duh..." Keringat bercucuran dari keningnya. Perut Ali juga terasa mules, karena rasa bersalah yang menyerang seketika.
Tak lama kemudian, Bunda tiba, dengan mengendarai scoopy pink-nya. "Assalamu'alaikum, Ali... Sudah pulang, Nak?
"Engghh... sudah, Bunda. Tadi ada rapat guru di sekolah. Murid-murid pulang cepat."
"Oh, gitu... Eh, gimana puasa sunnahnya? Masih lanjut kan?"
Naaahhh, ini dia. Bibir Ali terkunci erat. Bingung, mau jawab apa. Tadi sebelum subuh, Ali memang sahur dan niat puasa sunnah Senin-Kamis. Dia sudah berdoa supaya kuat menjalankan ibadah ini. Bunda bersyukur punya anak sholeh seperti Ali. Tapiii... masalahnya, Ali ternyata enggak kuat! Melihat teman-temannya jajan bakso, mie ayam, air liur Ali menetes. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk buka puasa sebelum waktunya! Duh.
Bilang... enggak... bilang... enggak... Enaknya, bilang apa enggak ya, sama Bunda?
"Ali? Ali masih kuat kan?"
"Ngghh... iya, Bunda. Ali kuat!"
Duh. Jadi bohong deh. Ali bingung. Kalau ia berkata jujur, khawatir Bunda jadi enggak bangga lagi dengan dirinya. Masak sudah kelas 4 SD, tapi puasa sunnah aja nggak kuat?
***
Allahu Akbar... Allahu Akbar...
Adzan Maghrib bergema, menyuarakan ajakan kepada penghuni semesta untuk segera tunaikan sholat. "Alhamdulillah... Akhirnya, puasa hari ini tuntas yaa..." Bunda berucap hamdalah, seraya menyiapkan hidangan buka puasa. Hmm, ada rawon kesukaanku, dipadu telur asin, nasi hangat dan kerupuk udang. Mak nyussss...
"Bunda memang MasterChef yang luar biasa!"
"Ah... Ali bisaaaa aja, ngerayu Bunda, hehehe... Ayo kita baca doa buka puasa dan doa sebelum makan dulu..."
"Andai Ayah juga buka puasa bareng kita di sini ya Bun..."
"Iya, kasihan ya Ayah, kudu masak sendiri selama tugas di Papua. Semoga Allah selalu beri kesehatan untuk Ayah yaa..."
Usai menunaikan sholat Maghrib, Ali dan Bunda nya mengaji bareng. Rumah mereka memang selalu diisi dengan beragam ibadah. Supaya hidup kian berkah. Setelah mengaji, Bunda mengobrol santai bareng Ali.
"Eh, tahu nggak Nak, Ayah kamu itu, kecilnya lucu deh. Masa pernah tuh, Ayah lagi puasa Ramadhan, trus, pas siang enggak kuat kan? Ayah langsung lari ke sumur belakang rumah. Lalu, minum air sumur deh. Glek... glek... glek... hehehe... Itu artinya ayah mokel kan? Pas ditanya sama Nenekmu, Ayah mengaku puasanya masih kuat. Nggak lama kemudian, perut Ayah mules karena minum air sumur. Bolak-balik ke belakang. Saat itulah, Ayah mengaku kalau sebenarnya ia sudah buka puasa duluan, hehehe..."
Deg. Kok Bunda cerita soal mokel puasa sih? Jangan-jangan...
"Bunda, Ngghhh, Ali mau ngaku aja deh... Sebenarnya, Ali puasa sunnahnha tadi nggak komplet. Ali beli bakso waktu di sekolah..."
Bunda tersenyum bijak. "Kenapa? Ali lapar?"
"Enggak sih. Gara-gara lihat teman jajan bakso, Ali jadi ikut kepingin. Maaf ya Bunda... Ali udah bohong..."
Bunda mengacak-acak rambut Ali. "Lain kali pas puasa sunnah, kalau lagi jam istirahat, sebaiknya jangan ikut ke kantin. Ali bisa ke mushola, atau ke perpustakaan kan? InsyaAllah, nggak ada godaan yang bikin Ali ingin mokel. Satu lagi, Allah mengajarkan kita untuk selalu jujur. Jangan berbohong, apalagi untuk urusan seperti ini. Jujur saja sama Bunda. InsyaAllah, kita sama-sama belajar untuk saling memperbaiki diri, oke?"
"Siaaaap, Bunda. Eh, tapii, sebenarnya Bunda udah tahukah, kalau Ali mokel?
"Udah dong. Soalnya, tadi Bunda cek dompet Ali. Uang saku Ali tinggal 3 ribu. Padahal, tadi pagi, Bunda bawain 5 ribu kan? Hmmm, Bunda kok merasa 2 ribu buat jajan bakso kan?"
"Waaahh, Bunda berbakat jadi detektif!!"
Ali dan Bunda tertawa serempak. Sungguh, keluarga yang hangat, dengan kejujuran di dalamnya membuat hidup kita semakin indah dan berkah.
Karya : Nurul Rahmawati
Cerita ini dikutip dari : Majalah Sahabat Anas Edisi 45
Comments
Post a Comment