Bangkit dari Kegagalan dalam Tes CPNS: Kisah Inspiratif yang Menggetarkan

Image
       Ketika membicarakan ujian CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Indonesia, kita tak bisa menghindari kesan tegang dan kompetitif yang melekat padanya. Tes CPNS telah menjadi tolak ukur bagi ribuan calon pegawai negeri untuk meraih impian mereka dalam berkarier di sektor publik. Namun, di balik gemerlapnya persiapan dan harapan, terdapat kisah-kisah tak terhitung tentang kegagalan yang mengecewakan.      Bagi sebagian orang, kegagalan dalam tes CPNS bisa menjadi pukulan telak yang membuat mereka merasa hancur dan putus asa. Namun, bagi yang lain, kegagalan itu adalah titik awal dari perjalanan menuju kesuksesan yang sejati. Mereka bukanlah orang-orang yang menyerah begitu saja, melainkan mereka yang bangkit dengan semangat yang lebih besar.      Salah satu kisah inspiratif yang menggetarkan adalah tentang seorang pemuda bernama Rizki. Rizki, seorang lulusan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, telah mengejar impian menjadi seorang pegawai negeri sejak lama. Namun, ketika hasil

Cerpen Amanah Besar

Amanah Besar


     Liburan panjang kemarin rasanya menjadi liburan paling berkesan buat Angkasa. Kenapa? Ya, karena ia mendapat pelajaran atau hikmah yang sangat besar tentang amanah. Begini ceritanya:

     Satu bulan sebelum libur panjang tiba, SD Nusa Hikmah berencana mengisinya dengan kegiatan camping. Langkah pertama adalah mengadakan rapat pembentukan panitia. Kegiatan yang dinamakan "Kemah Ceria" ini akan diadakan di bumi perkemahan Bukit Elok. Beberapa perwakilan Kelas diundang ke ruang rapat guru untuk membentuk kepanitiaan. Saat itu terpilihlah Angkasa sebagai ketua panitia. 

     Sebagai ketua panitia, Angkasa memimpin rapat untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan. Seru-seru semuanya. Ada acara Susur Sungai sekalian mengidentifikasi flora dan fauna di sepanjang perairan. Ada lomba masak untuk melatih kemandirian serta permainan mencari jejak. 

     Para guru pun setuju dengan ide-ide yang disarankan. Angkasa semakin semangat menggodok acara agar lebih bagus. Raffi terkenal sebagai anak yang teliti makan Pak Guru pun memberikan amanah kepada Rafif sebagai Bendahara untuk menjaga uang kepanitiaan. 

***

     Sesampainya di bumi perkemahan Bukit Elok, anak-anak terlihat sangat gembira. Mereka mengisi waktu dengan beraneka macam kegiatan. Saat acara Susur Sungai, Pak Guru membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok. Kebetulan Angkasa satu kelompok dengan Rafif. 

    Acara Susur Sungai pun dimulai, tiap kelompok berjalan menyusuri sungai Ciharum yang panjang dan berkelok-kelok. Singkat cerita kelompok Angkasa berhasil sampai di pos terakhir dan bersiap kembali ke bumi perkemahan Bukit Elok. Namun malang, saat kembali pulang mereka salah mengambil belokan sehingga mereka tersesat jauh. 

     "Waduh gimana nih? Kok belum sampai tempat perkemahan?" Angkasa kebingungan sambil menoleh kanan kiri. 

     "Lihat itu ada warung, coba kita lihat ke sana dan bertanya arah." Ujar Rafif. 

     Kelompok Angkasa pun menmenuju ke warung tersebut, lalu Angkasa segera bertanya ke ibu pemilik warung. "Maaf Bu, kami mau tanya, kalau bumi perkemahan Bukit Elok sebelah mana ya?"

     Sang Ibu menjawab, "Oh adek jalan lurus saja ke sana, nanti ada pertigaan adik ambil jalan yang ke kanan. Memang agak jauh, tapi jalannya gampang kok."

     Rafif dan tim pun gembira, "Alhamdulillah, yuk teman-teman!" 

     "Eits! Tunggu dulu, apa kalian tidak lapar dan haus? Bagaimana kalau kita beli makanan dan minuman dulu?" Angkasa berkata kepada teman-teman. 

     "Tapi kita kan tidak bawa uang, bagaimana?" Kata Haikal salah satu anggota regu. 

     "Gampang... Rafif kan bendahara, pasti Rafif bawa uang, iya kan? Hehe..." Ujar Angkasa. 

     Rafif menggelengkan kepala, "Maaf teman-teman, Pak Guru mengamanahkan uang ini untuk urusan kepanitiaan bukan untuk urusan pribadi kita."

     "Halah ribet banget sih, Fif. Nanti kita ganti kok!" Ujar Angkasa tegas. 

     "Tapi bagaimana kalau kita ditakdirkan Allah tidak berumur panjang dan tidak punya kesempatan untuk membayar hutang? Nanti ditagih di akhirat loh..." Dibilang begitu Angkasa pucat karena takut siksaan Neraka. 

     "Terus kita harus bagaimana dong?" Angkasa bertanya. 

     "Gini, pakai uang pribadi dulu aja, nanti sesampainya di perkemahan kalian patungan untuk mengganti uangku, setuju?" Rafif mengajukan ide. 

     Semua pun mengangguk tanda setuju. 

***

     Akhirnya kelompok Angkasa pun sampai di perkemahan, dan sesuai janji anak-anak pun berpatungan mengganti uang Rafif. 


Karya : Abienami

Cerpen ini dikutip dari : Majalah Sahabat Anas Edisi 69

Comments

Popular posts from this blog

Judul: Langkah-Langkah Kita

Cerpen Malas Belajar

Kerajinan Tangan Bahan Alami dan Buatan Kelas 2 Tema 5